Sabtu, 02 November 2013

maserasi

BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah tanaman obat atau herbal di Indonesia berdasarkan fakta sejarah adalah obat asli Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan bahwa di wilayah nusantara dari abad ke 5 sampai dengan abab ke 19, tanaman obat merupakan sarana paling utama bagi masyarakat tradisional kita untuk pengobatan penyakit dan pemeliharan kesehatan.
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan beraneka ragam flora dan fauna. Keanekaragaman ini (terutama tumbuhan) mengundang pehatian banyak orang untuk memilih jalur alternatif dalam pengobatan, mengingat terlalu banyak efek samping dari produk obat-obatan sintetis. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kecenderungan masyarakat memilih produk yang alamiah, maka semakin gencar penelitian tentang kandungan-kandungan kimia penting dalam tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan dalam pengembangan obat baru. Penelitian biasanya menggunaan metoda analisis fitokimia, dimana metoda ini membahas secara sistematis tentang berbagai senyawa kimia, terutama dari golongan senyawa organik yang tedapat dalam tumbuhan, proses biosintesis metabolisme, dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawa kimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya. (http://obat-tradisional.com/2009/5/definisi-obat-tradisional.html)
Pada masa lalu manusia juga telah mengenal pengobatan dari bahan alami, walau pengetahuan mereka tentang khasiat dari tumbuhan tersebut hanya sebatas pengalaman dan tradisi tanpa ada pembuktiannya secara klinis. Walaupun demikian pengobatan seperti ini masih digunakan sampai sekarang. Pengobatan dengan cara demikian dikenal dengan pengobatan tradisional. Pada ramuan obat tradisional bahan-bahannya berasal dari tanaman baik berupa akar, batang, daun, maupun bunga atau dapat juga berasal dari hewan dan bahan-bahan mineral. Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan hasil metabolisme dari tumbuhan itu sendiri. Dari hasil penelitian banyak ahli tak jarang senyawa kimia ini memiliki efek fisiologi dan farmakologi yang bermanfaat bagi manusia. Senyawa kimia tersebut lebih dikenal dengan senyawa metabolit sekunder yang merupakan hasil dari penyimpangan metabolit primer tumuhan. Senyawa tersebut adalah golongan alkaloid, steroid, terpenoid, fenol, flavonoid, dan saponin. (Dr.A.Seno Sastroamidjojo,1997)
Dalam uji fitokimia dapat dilakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap senyawa aktif metabolit sekunder tersebut, sehingga potensi relatif dari masing-masing tanaman dapat diukur.
Banyak faktor yang mempengaruhi kandungan kimia dalam tanaman, seperti kesuburan tanah tempat tumbuh (kandungan zat makanan), iklim lingkungan, waktu panen, umur, cara pengolahan dan sebagainya. Sehingga pengolahannya memerlukan perlakuan khusus, selain keseragaman dosis juga perlu adanya standarisasi agar manfaat dan keamanannya dapat diperhitungkan layaknya obat-obatan modern.
Obat-obatan tradisional dapat dogolongkan menjadi, jamu dimana khasiatnya hanya berdasarkan pengalaman tanpa adanya pengujian baik klinis maupun praklinis, herbal terstandar dimana efek farmakologinya telah melalui uji praklinis dan fitofarmaka dimana efek farmakologinya telah melalui uji klinis.
Ekstraksi adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengeluarkan atau menarik zat aktif yang terdapat didalam sel bahan alam dengan menggunakan metode ekstraksi dan pelarut ekstraksi yang sesuai. Ekstraksi terdiri dari 2 macam cara yaitu ekstraksi secara dingin dan ekstraksi secara panas. Ekstraksi secara dingin meliputi metode maserasi dan metode perkolasi. Ekstraksi secara panas meliputi metode refluks dan metode destilasi uap. (Dirjen POM., 1986)
Rumusan masalah percobaan yaitu :
1.    Apakah yang dimaksud dengan ekstraksi ?
2.    Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekstraksi ?
3.    Macam-macam ekstraksi ?
4.    Bagaimana tahap-tahap melakukan ekstraksi ?
Tujuan dari praktikum adalah untuk menarik kandungan kimia dari sampel daun sirsak dengan menggunakan metode maserasi serta menggunakan cairan penyari metanol.
Maksud percobaan yaitu untuk mengetahui kandungan-kandungan kimia dari suatu sampel dan mengetahui metode-metode yang digunakan untuk menarik  kandungan kimia tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Uraian Bahan
1.    Klasifikasi tanaman Sirsak (Annona muricata L.)
Kingdom                                : Plantae
Subkingdom                         : Spermatophyta
Divisi                                      : Magnoliophyta
Subdivisi                               : Spermatophyta
Kelas                                      : Magnoliopsida
Sub kelas                              : Magnoliidae
Ordo                                       : magnoliales
Family                                                : Anonaceae
Genus                                                : Annona
Spesies                                  : Annona muricata L.
2.    Morfologi tanaman sirsak (Annona muricata L.)
Tanaman ini umumnya berbatng kecil dan rendah. Daunnya berbentuk bulat telur agak tebal dan pada permukaan bagian atas yang harus berwarna hijau tua, sedangkan pada permukaan bagian bawahnya mempunyai warna lebih muda. Tumbuhan ini dapat tumbuh disembarang tempat, tapi untuk memperoleh hasil buah yang banyak dan besar-besar, sebaiknya ditanam didaerah yang tanahnya cukup mengandung banyak air. Di Indonesia, tanaman sirsak tumbuh dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 1000 meter diatas permukaan laut.
3.    Nama Daerah
Jawa                           : Nangka sebrang, nangka belanda
Sunda                                    : Nangka walanda, sirsak
Madura                      : Nangka buris
Bali                             : Srikaya Jawa
Aceh                           : Deureuyan belanda
Nias                            : Serta jambu belanda
Belanda                     : Zuurzak
Makassar                   : Sirsak, srikaya
4.    Kandungan kimia tanaman sirsak (Annona muricata L.)
a.    Daun sirsak mengandung acetogennis, annocatacin, annohexocin, annonacin, annomuricin, analol, annomurine, caclouride, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid, muricapentocin.
b.    Buah sirsak mengandung berbagai sumber vitamin, selain itu juga mengandung annonaine serta asimilobine.
c.    Biji sirsak mengandung anomuricin, annonacin, anomurine, atherospermine, caclouride, cohibin, panatellin, xylomaticin, reticuline, solamin.
d.    Kulit batang sirsak mengandung atherospermine, murin, muricine, solamine.
5.    Kegunaan tanaman sirsak (Annona muricata L.)
a.    Daun sirsak berguna untuk mencegah dan mengobati abses, asthenia, asma, kolik, batuk, diabetes, diuretic, disentri, demam, gangguan empedu, influenza, hipertensi, gangguan pencernaan, cacingan, gangguan hati, malaria, rematik, kurap, kejang, tumor.
b.    Bunga sirsak berguna sebagai obat bronchitis dan batuk.
c.    Buah sirsak berguna mencegah dan mengobati diare, maag, disentri, demam, flu, pelancar asi.
d.    Biji sirsak bias digunakan untuk mencegah dan mengobati astrigen, karminatif, dan obat cacing.
e.    Kulit batang bias digunakan untuk pengobatan asma, batuk, hipertensi, obat penenng dan kejang.
6.    Cara penggunaan sebagai obat tradisional
a.    Pada pengobatan kanker, daun sirsak 10-15 lembar direbus dengan 3 gelas air (600 cc) hingga tersisa 1 gelas air rebusan. Pada saat merebus sebaiknya menggunakan kendi atau panici yang terbut dari tanah liat agar kemurnian zat yang ada pada daun sirsak tetap terjaga. Air rebusan diminum setiap hari, pagi atau sore selama 3 pekan.
b.    Pengolahan daun sirsak lainnya yaitu dengan cara memblender 3-5 lembar daun sirsak basah dengan menambahkan ¼ gelas air (50 cc) air hangat untuk membantu proses penghancuran. Sebelum diblender, daun sebaiknya dipotong menjadi 3-4 bagian agar lebih cepat hancur. Setelah hancur, masukkan daun kewadah dengan penutup rapat, lalu tambahkan 1 gelas air panas kedalamnya dan aduk sampai rata. Tutup wadah dengan rapat agar panas tetap terjaga dan proses ekstraksi senyawa dapat maksimal. Biarkan selama 15-20 menit, setelah itu saring olahan untuk diambil airnya dan minum selagi hangat.
B.   Uraian Tentang Metode Ekstraksi Bahan Alam
1.    Tujuan Ekstraksi
         Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen-komponen kimia yang terdapat dalam simplisia, proses ekstraksi ini didasarkan atas perpindahan massa komponen-komponen zat padat dan simplisia ke dalam pelarut, setelah pelarut menembus permukaan dinding sel,kemudian berdifusi sehingga terjadi perbedaan tekanan di luar dan di dalam sel. (Depkes RI,1986)
2.    Jenis - Jenis Ekstraksi
            Jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara panas dan dingin. Ekstraksi secara panas dilakukan dengan cara refluks, destilasi uap, sedangkan ekstraksi secara dingin dilakukan dengan cara maserasi, soxhletasi dan perkolasi.
(Depkes RI,1986)
3.    Cara – Cara Ekstraksi
a.    Ekstraksi secara masrasi
             Maserasi merupakan  cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari,( biasanya 5 hari) pada suhu kamar dan terliundung dari cahaya. Pada saat maserasi dilakukan, sampel sekali-kali diaduk.
             Cairan penyari akan menembus diinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat akjtif di daklam sel dengan di luar sel, maka larutan terpekat didesak keluar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
b.    Ekstraksi secara Perkolasi
              Perkolasi adalah cara penyarian asimplisia yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah di basahi.Prinsip ekstraksi dengan cara perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang pada bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, sehingga cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerakan ke bawah cairan penyari yang telah melarutkan zat aktif disebabkan karena adanya kekuatan gaya berat dari cairan penyari itu sendiri dan tekanan penyari dari cairan penyari yang ada di atasnya dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah.
c.      Ekstraksi secara Soxhletasi
Soxhletasi adalah penyarian simplisia secara berkesinambungan, Proses ini cairan poenyari di dalam labu alas bulat dipanaskan sehingga menguap, dan uap cairan penyari mengebun menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan jatuh ke dalam selonsongan membasahi simplisia sambil mengekstrasi zat aktif yang ada dalam sel-sel simplisia dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas bulat setelah melalui pipa kapiler (sifon). Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif yang sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon.
d.      Ekstraksi secara Refluks
Refluks adalah penyarian yang termasuk dalam metode berkesinambungan, dimana cairan penyari secara kontinyu menyari zat aktif dalam simplisia. Cairan penyari dipanaskan sehingga menguap dan uap zat cairan penyari tersebut selanjutnya mengalami kondensasi (pengembunan) pada pendingin balik menjadi molekul-molekul cairan penyari yang selanjutnya jatuh kedalam labu alas bulat dan menyari zat aktif yang ada dalam simplisia.
Pemanasan dimaksudkan untuk mempermudah cairan penyari menembus dinding sel simplisia mengalami pengembangan sehingga rongga-rongga selnya terbuka dengan demikian pelarut mudah mencapai zat aktif didalam sel, dan melarutkannya sehingga keseimbangan  kosentrasi zat aktif  didalam dan diluar sel cepat tercapai.
e.      Destilasi uap air
Destilasi uap dapat dipertimbangankan untuk menyari serbuk simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. Pada pemanasan biasa kamungkinan akan terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan destilasi uap.
Destilasi uap merupakan proses pemindahan massa kesuatu media yang bergerak. Uap jenuh  akan membasahi permukaan bahan, melunakan jaringan dan menebus kedalam melalui dinding sel dan zat aktif akan pindah ke rongga uap yang bergarak antara fase. Proses ini disebut hidrodifusi.

Sabtu, 08 Juni 2013

METODE KLTP

BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling
kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya
yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif.
Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua
cuplikan , dan kromatografi preparatif hanya dilakukan juka diperlukan fraksi
murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara
mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Sifat utama
yang terlibat ialah : (1) Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan
(kelarutan), (2) Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan
serbuk halus (adsorpsi, penjerapan), dan (3) Kecenderungan molekul untuk
menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian) .(1)
Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan
dengan menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau
gabungan teknik tersebut. Keempat teknik kromatografi itu adalah :
Kromatografi Kertas (KKt), Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Gas
Cair (KGC) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).(2)
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat
kelarutan dan keatsirian senyawa yang akan dipisah. KKt dapat digunakan
Created by Rahma G.Meronda
terutama bagi kandungan tumbuhan yang mudah larut dalam air (karbohidrat,
asam amino dan senyawa fenolat), KLT merupakan metode pilihan untuk
pemisahan semua kandungan yang larut lipid (lipid, steroid, karotenoid, kinon
sederhana dan klorofil), KGC penggunannya terutama untuk senyawa atsiri
(asam lemak, mono- dan seskuiterpen, hidrokarbon dan senyawa belerang),
cara lain yaitu KCKT, dapat memisahkan kandungan yang keatsiriannya
kecil. KCKT adalah suatu metode yang menggabungkan keefisienan kolom
dan kecepatan analisis. (2)
Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai beberapa metode
isolasi serta penggunaan kromatografi kolom baik kolom konvensional
maupun kolom vakum.
Created by Rahma G.Meronda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. METODE ISOLASI
Metode pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama
dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik atau gabungan
teknik tersebut. (2)
1. Kromatografi Kertas (KKt) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kedua cara ini serupa dalam hal fase diamnya berupa lapisan tipis
dan fase geraknya mengalir karena kerja kapiler. Perbedannya
dalam sifat dan fungsi fase diam. (1)
 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap
dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang
akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap
adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen
bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang
menyebabkan pemisahan.(3)
Created by Rahma G.Meronda
 Kromatotron
Proses isolasi yang terjadi berdasarkan adsorpsi dan partisi.
Adsorpsi adalah senyawa kimia dapat terpisah-pisah disebabkan oleh
daya serap adsorban terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama.
Sedangkan partisi adalah kelarutan tiap-tiap komponen kimia dalam
cairan pengelusi (eluen) tidak sama dimana arah gerakan eluen
disebabkan oleh gaya sentrifugal sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda yang menyebabkan
terjadi pemisahan.(3)
2. Kromatografi Kolom
Pelarut (fase gerak) dibiarkan mengalir melalui kolom karena
aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan.
Pita, senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda,
memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom.(1)
3. Kromatografi Gas Cair (KGC)
Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih
suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi
antara solute dengan fase diam. Fase diam berupa gas akan mengelusi
solute dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detector.
Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya pada kisaran 50-350°C)
Created by Rahma G.Meronda
bertujuan untuk menjamin bahwo solute akan menguap dan karenanya
akan cepat terelusi. (4)
Ada 2 jenis kromatografi gas :
1. Kromatografi gas-cair (KGC)
Pada KGC ini, fase diam yang digunakan adalah cairan yang
diikatkan pada suatu pendukung sehingga solute akan terlarut
dalam fase diam. Mekanisme sorpsi-nya adalah partisi.
2. Kromatografi gas-padat (KGP)
Pada KGP ini, digunakan fase diam padatan (kadang-kadang
polimerik). Mekanisme sorpsi-nya adalah adsorpsi.
4. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
KCKT dapat disamakan dengan KGC dalam hal kepekaan dan
kemampuan menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif dengan
sekali kerja saja. Perbedaannya adalah fase diam yang terikat pada
polimer berpori terdapat pada kolom baja tahan karat yang bergaris
tengah kecil dan fase gerak cair mengalir akibat tekanan yang besar.
(2)
Maka, dari berbagai kromatografi diatas, penggunaan untuk kualitatif dapat
digunakan KKt dan KLT serta KGC dan KCKT. Untuk penggunaan kuantitatif
dan untuk pemurnian (isolasi) maka dapat dipertimbangkan penggunaan
beberapa metode berikut, yaitu :
Created by Rahma G.Meronda
KLT preparatif, kromatografi kolom (termasuk kromatografi gas dan
kromatografi cair kinerja tinggi).
B. KROMATOGRAFI KOLOM
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang
masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan
senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan
partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60,
kieselgur, Al2O3, dan Diaion. Cara pembuatannya ada dua macam :
 Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi
kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.
 Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan
pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom
melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk
semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat,
setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben
kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu
dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik.
Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui
dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka
Created by Rahma G.Meronda
dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang
keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi.
Kromatografi Kolom Isap :
 Suction Colomn
Isolasi komponen kimia dalam jumlah yang banyak, berdasarkan absorpsi
dan partisi, dimana kolom diisi dengan fase diam divakumkan dengan
suatu pompa vakum agar eluen dapat turun mengelusi komponen kimia
yang selanjutnya keluar sebagai fraksi-fraksi.(5)
 Rapid-Sigel
Isolasi komponen kimia dalam jumlah yang sedikit berdasarkan absorpsi
dan partisi, dimana kolom diisi dengan fase diam divakumkan dengan
suatu pompa vakum agar eluen dapat turun mengelusi komponen kimia
yang selanjutnya keluar sebagai fraksi-fraksi.(6)
 Press Colomn
Kromatografi kolom sederhana di mana fase gerak bergerak dengan
cepat karena penggunaan tekanan positif dari tabung nitrogren. Udara
yang ditekan mengandung O2 dan uap air yang dapat menyebabkan
peruraian produk dari ekstrak dan berubah saat pemisahan
kromatografi.(6)
Created by Rahma G.Meronda
Keterbatasan kromatografi kolom-terbuka klasik ialah sebagai berikut : (3)
a. Pemisahan lambat
b. Penjerapan linarut yang tidak bolak-balik
c. Tidak dapat dipakai jika partikel terlalu kecil.
Kombinasi antara kromatografi kolom kering dan kromatografi cair
vakum memiliki kelebihan dimana laju pengelusian lebih tinggi dan
memperpendek waktu kontak linarut dengan penjerap. (3)
Untuk kolom gaya tarik bumi yang memakai penjerap berukuran 60-
230 mesh (63-250 μm), umumnya laju aliran sekitar 10-20 mL/cm2
penampang kolom/jam. Untuk partikel yang lebih kecil dari 200 mesh
diperlukan semacam pemompaan atau sistem bertekanan. Kemudian laju
dapat ditingkatkan sampai 2 mL atau lebih setiap menitnya, atau sampai
batas sistem tekanan. (1)
Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang utama dibandingkan
dengan kolom konvensional yaitu :
1. Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil dibanding
dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan
alir fase gerak lebih lambat (10-100μl/menit)
2. Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih
ideal jika digabung dengan spectrometer massa
Created by Rahma G.Meronda
3. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel
terbatas missal sampel klinis
Kerugian KCV (Kromatogravi Vakum Cair) :
1. Membutuhkan waktu yang cukup lama
2. Sampel yang dapat digunakan terbatas


MULTI ELUEN DAN ELUSI 2 DIMENSI
Multi eluen adalah penggunaan eluen atau fase gerak yang berbeda
yang memungkinkan pemisahan analit dengan berdasarkan tingkat polaritas
yang berbeda.(4)
KLT 2 arah atau 2 dimensi ini bertujuan untuk meningkatkan resolusi
sampel ketika komponen-komponen solute mempunyai karakteristik kimia
yang hampir sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana
dalam asam-asam amino. Selain itu, 2 sistem fase gerak yang sangat
berbeda dapat digunakan secara berurutan sehingga memungkinkan untuk
melakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang
berbeda. (4)
Sampel ditotolkan pada lempeng lalu dikembangkan dengan satu
system fase gerak sehingga campuran terpisah menurut jalur yang sejajar
dengan salah satu sisi. Lempeng diangkat, dikeringkan dan diputar 90°, dan
diletakkan dalam bejana kromatografi yang berisi fase gerak kedua, sehingga
bercak yang terpisah pada pengembangan pertama terletak dibagian bawah
sepanjang lempeng, lalu dikromatografi lagi. (4)
Created by Rahma G.Meronda
BAB III
PENUTUP
1. Metode isolasi yang dapat digunakan untuk senyawa yang
terkandung dalam bahan alam adalah :
 KLT preparatif
 Kromatografi Kolom
 KGC
 KCKT
2. Kromatografi kolom konvensional memiliki berbagai keterbatasan
dalam penggunannya, kromatografi kolom vakum dapat
meningkatkan laju pengelusian dan mempersingkat waktu kontak
linarut dengan penjerap.
3. Penggunaan multi eluan dan KLT 2 dimensi digunakan untuk
pemisahan beberapa senyawa dengan karakteristik kimia dengan
nilai Rf yang hampir sama dengan pemisahan analit berdasarkan
perbedaan polaritasnya masing-masing.
Created by Rahma G.Meronda
DAFTAR PUSTAKA
1. Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar
Kromatografi. Penerbit ITB. Bandung.
2. J. B. Harbone. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.
3. K. Hostettmann, M. Hostettmann, A. Marston. 1995. Cara
Kromatografi Preparatif. Penerbit ITB. Bandung.
4. Ibnu Gholib Gandjar. Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi Analisis.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
5. Conners.A.K. ”Pharmaceutical Analysis” Solvent Extraction.
6. Kisman .Dr. Sastro ,ddk .1994. Analisis Farmasi Cet. 2 , Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar